SISTEM
PEREKONOMIAN INDONESIA
·
Sejarah
perekonomian Indonesia
Indonesia terletak di sebuah posisi yang strategis dalam
jalur pelayaran niaga antar benua. Salah satu jalan sutra, yaitu jalur sutra
laut, ialah dari Tiongkok dan Indonesia, melalui selat Malaka ke India. Dari
sini ada yang ke teluk Persia, melalui Suriah ke laut Tengah, ada yang ke laut
Merah melalui Mesir dan sampai juga ke laut Tengah (Van Leur). Perdagangan laut
antara India, Tiongkok, dan Indonesia dimulai pada abad pertama sesudah masehi,
demikian juga hubungan Indonesia dengan daerah-daerah di Barat (kekaisaran
Romawi). Perdagangan di masa kerajaan-kerajaan tradisional disebut oleh Van
Leur mempunyai sifat kapitalisme politik, dimana pengaruh raja-raja dalam
perdagangan itu sangat besar. Misalnya di masa Sriwijaya, saat perdagangan
internasional dari Asia Timur ke Asia Barat dan Eropa, mencapai zaman
keemasannya. Raja-raja dan para bangsawan mendapatkan kekayaannya dari berbagai
upeti dan pajak. Tak ada proteksi terhadap jenis produk tertentu, karena mereka
justru diuntungkan oleh banyaknya kapal yang “mampir”.
Kondisi
perekonomian Indonesia pada tahun ini jauh lebih baik dari tahun 2008. Cadangan
devisa Negara saat ini mencapai US$ 122 miliar yang menjadi 2x lipat cadangan
devisa pada tahun 2008. Selain pada cadangan devisa pertumbuhan ekonomi
tahun 2010 pada kuartal IV yang mencapai 6,1 persen dan pada kuartal III
sebesar 5,8 persen. Karena masih lambatnya penyerapan belanja pemerintah yang
menyebabkan rendahnya pertumbuhan pada kuartal III dan IV.
·
Inflasi
Inflasi di Indonesia diumpamakan
seperti penyakit endemis dan berakar di
sejarah. Tingkat inflasidi Malaysia dan Thailand senantiasa
lebih rendah. Inflasi di Indonesia tinggi sekali di zaman Presiden Soekarno,
karena kebijakan fiskal dan moneter sama sekali tidak prudent (“kalau
perlu uang, cetak saja”). Di zamanSoeharto,
pemerintah berusaha menekan inflasi - akan tetapi tidak bisa di bawah 10 persen
setahun rata-rata, antara lain oleh karena Bank
Indonesia masih punya misi ganda, antara lain
sebagai agent of development, yang bisa mengucurkan kredit
likuiditas tanpa batas. Baru di zaman reformasi, mulai di zaman Presiden
Habibie maka fungsi Bank Indonesia mengutamakan penjagaan nilai rupiah. Tetapi karena sejarah dan
karena inflationary expectations masyarakat (yang bertolak ke
belakang, artinya bercermin kepada sejarah) maka “inflasi inti” masih lebih
besar daripada 5 persen setahun.
·
Hutang
Negara
Rasio utang pemerintah dibagi PDB pun sekitar
100 persen, padahal saat ini hanya sekitar 26 persen. Saat itu, Amerika Serikat
dan Yunani juga terkena krisis. “Rasio utang pemerintah Amerika Serikat
mencapai 102 persen dan Yunani 137 persen.” Meski seperti itu, banyak yang
menyakini Indonesia kali ini akan selamat dari krisis. Apalagi melihat
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cemerlang di tahun ini.
Besarnya ketergantungan proses pembangunan
ekonomi disuatu Negara terhadap hutang luar negeri (HL) dapat juga menjadi
salah satu penyebab besarnya economic vulnerability Negara
tersebut terhadap gejolak-gejolak eksternal (global). Dalam Hutang Negara
sebenarnya yang perlu diperhatikan bukan jumlah absolutnya melainkan nilai
relatifnya terhadap nilai tambah ekonomi dari Negara peminjam. Selain itu yang
sangat menentukan besar kecilnya kerawanan ekonomi Negara peminjam akibat Hutang
Negara tidak dilihat dari total pinjaman (nilai absolut) maupun kenaikkannya
setiap tahun (presentase pertumbuhan), melainkan kemampuan negara tersebut
dalam melunasi seluruh Hutang-nya pada waktunya.
·
Investasi
Investasi merupakan
salah satu motor pendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan agregat.
Besarnya nilai investasi atau rasio investasi terhadap PDB atau PNB juga
mencerminkan tingkat industrilisasi disuatu Negara. Rasio investasi
dengan PNB Indonesia masih lebih rendah dari tingkat rata-rata ASEAN, sama
halnya Filipina. Sebenarnya hanya melihat pada nilai investasi atau rasionya
terhadap PDN/PDB tidak cukup. Tidak ada artinya jika sebagian besar dana untuk
membiayai investasi disuatu Negara berasal dari luar. Di Indonesia sumber utama
pembentukkan modal berasal dari luar. Besarnya peluang investasi di Indonesia,
baik dalam skala besar maupun kecil, hal ini terkait dengan kebutuhan
infrastruktur, energi, pertanian dan komunikasi yang diperlukan Indonesia
·
Saham
Dampak kondisi perekonomian global saat ini
memang sangat terasa pada pasar saham Indonesia. Tingginya sentimen global
terhadap bursa saham menyebabkan banyak investor yang menjual sahamnya, dampak
terhadap pasar saham Indonesia saat ini hampir sama seperti yang terjadi pada
saat krisis ekonomi global pada 2008. Kepanikan menyebabkan IHSG turun. Hal itu
karena investor asing melepas saham lalu menukar mata uang rupiah dengan dolar
Amerika Serikat, saat ini kondisi perekonomian Indonesia jauh lebih baik.
Posisi cadangan devisa negara saat ini mencapai US$ 122 miliar. Ini dua kali
lipat lebih besar dibandingkan cadangan devisa negara pada 2008 sekitar US$ 60
miliar. "Jadi, posisi saat ini lebih kuat.
Sumber:
Saya mengucapkan
banyak terima kasih untuk bapak/ibu/kakak yang secara tidak langsung telah
mengizinkan saya untuk mengcopy data yang saya butuhkan untuk
mebuat tugas ini :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar